Tony Adams: “Play for the name on the front of the shirt and they’ll remember the name on the back.”

English Premier League akan dimulai akhir pekan ini. Fans sepakbola ditengarai akan kembali ramai berkicau setelah sekitar 2 bulan lebih berhibernasi. Saling sindir, saling hina, twit war menjadi ritual mingguan fans sepakbola yang kebetulan aktif di twitter. Persaingan sengit tidak hanya dirasakan tim-tim klub sepakbola tapi juga antar pendukung. Baik yang di Inggris sana maupun fans klub Inggris yang tinggal ribuan mil dari klub kesayangannya. English Premier League (EPL) sudah bukan milik warga Inggris semata. Pemain asing, pelatih asing dan sekarang fans asing merasa, dan secara aktual memang telah menjadi bagian dari EPL.

Bagi yang mengikuti twit-twit saya di twitter, mungkin sudah tahu kalau “I’m a Gooner” (sebutan untuk fans Arsenal, the greatest club the world has ever seen). Sebagai seorang Gooner, otomatis twit-twit tentang sepakbolanya tak jauh-jauh dari membanggakan Arsenal dan pemain-pemainnya. Memuja Wenger dan sepakbola menyerang cantiknya. Dan sesekali mencibir pencapaian tim lain yang walaupun sudah menghabiskan uang lebih banyak dari Arsenal, tetap tidak mampu berprestasi (Liverpool contohnya). Atau mencibir tim yang menjadi juara dengan membeli trofi. Apa yang dibanggakan dari klub yang memenangkan kompetisi dengan cara membayar jauh lebih banyak dari semua lawannya dan menjalankan klub dengan kondisi defisit keuangan setiap musimnya? Ini menjadi twit-twit wajib pendukung Arsenal. Walaupun tanpa trofi dalam 7 tahun terakhir ini, Arsenal bagi kami tetaplah “the greatest club the world has ever seen”. Hal ini tentunya tidak dapat dimengerti pendukung klub lainnya. Kami maklum.

Pendukung tim yang kebetulan juara di satu musim biasanya akan membangga-banggakan pencapaian timnya. Membanggakan trofinya sambil “memamerkan” ke pendukung tim lain yang sedang kering trofi, fans Arsenal misalnya. Trofi imajiner pun dipamerkan mereka sambil berujar “wah kasihan Arsenal udah 7 tahun tanpa trofi, ga pindah klub aja elo?” Pertanyaan bodoh seperti ini biasanya memancing reaksi stempel “glory hunter” terhadap mereka. “Glory hunter” menjadi istilah yang termasuk sering saya gunakan sebagai reaksi terhadap pendukung-pendukung tim juara yang sedang memamerkan prestasi timnya ke fans klub lain.

Glory hunter untuk fans sepakbola itu sesungguhnya adalah istilah yang ter-peyorasi, sudah mengalami pergeseran makna yang menjadi lebih jelek, lebih negatif. Lucunya, sebagian fans klub juara karena tidak memahami istilah glory hunter berusaha menggunakan label yang sama tersebut terhadap fans-fans klub lainnya. Reaksi yang umum lahir dari mereka: “kalo pemain ga glory hunter, mending ga usah main bola,” tanpa memahami perbedaan besar pemain glory hunter dan fans glory hunter. Atau begini: “elo dukung Arsenal karena dulu mereka juara juga kan?” yang menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak memahami istilah glory hunter tersebut. Mereka tidak mau mengakui adanya jalan spiritual lain dari seorang fans sepakbola yang mendukung sebuah tim, yang tidak selalu harus soal trofi. Maka istilah Glory Hunter pun mengalami “salah arah” di antara fans-fans sepakbola, bahkan mungkin sudah tersesat. Kini saatnya untuk meluruskannya, sebelum musim baru dimulai dan fans-fans sepakbola lebih jauh menyalahgunakan istilah ini. Saya berusaha mengemban tugas mulia untuk meluruskan istilah ini… *uhuk*

Glory Hunter diterjemahkan secara harafiah sebagai pemburu kejayaan. Kejayaan identik dengan trofi untuk sebuah kompetisi sepakbola. Maka Glory Hunter bisa juga disebut pemburu trofi. Ini makna dasarnya yang dapat kita sepakati. Nah sekarang apakah semua klub sepakbola mesti menjadi Glory Hunter? Tentu semuanya berambisi untuk menjadi juara, mendapatkan trofi. Namun dari 20 klub yang berlaga di EPL setiap musim, hanya ada satu yang bisa menjadi juara EPL. Dan sejak Premier League bergulir di pertengahan 90-an, hanya 5 klub yang pernah menjadi juara (MU, Blackburn Rovers, Arsenal, Chelsea dan Manchester City). Lima belas dan lebih klub lainnya (termasuk yang terdegradasi) hanya bisa berambisi tanpa pernah merealisasikan ambisinya. Ekspektasi pun diturunkan, masing-masing klub akan memiliki ekspektasi internal. Mulai dari asal bertahan di EPL, lebih baik posisinya di klasemen daripada musim sebelumnya, mengincar papan tengah, mengincar posisi 4 besar, sampai yang benar-benar mengincar trofi juara.

Demikian juga pemain sepakbola. Tentunya mereka semua bermain bola untuk menang, ingin menjadi juara. Namun pada realitanya masing-masing pemain bola memiliki ekspektasi internal yang berbeda-beda sesuai kemampuan dan tempat bermainnya. Ada yang asal dapat kontrak yang lebih baik daripada sebelumnya, ada yang asal bisa bermain di EPL, ada yang ingin masuk timnas, dan tentu ada yang ingin menjadi juara. Mereka semuanya glory hunter, tapi glory di sini tidak selalu identik dengan trofi. Glory bisa juga berupa pemujaan dari fans karena mereka adalah pemain terbaik di klubnya, walaupun klubnya konsisten pengisi papan bawah klasemen. Glory bisa juga berarti kontrak baru yang mencapai nilai jutaan poundsterling per tahun, yang menempatkan mereka sebagai salah satu orang terkaya di daerahnya. Dalam setiap pertandingan tentu semua pemain ingin menang. Namun kekalahan bukanlah akhir kehidupan. Menang dan kalah tidak ditentukan sendiri, ada 22 pemain sepakbola di lapangan dan kontak antara 22 pemain tersebut dengan 1 bola itu yang menentukan hasil pertandingan.

Nah bagaimana dengan fans sepakbola? Fans sepakbola, walaupun sering disebut sebagai pemain ke-12 dalam satu pertandingan pada nyatanya sangat minim kontribusinya dalam hasil akhir sebuah pertandingan. Fans sepakbola bisa berteriak sampai suaranya habis dan timnya tetap kalah. Fans sepakbola tidak ikut bertanding, pada nyatanya ia hanya menonton pertandingan. Ia mendukung agar pemain-pemain klubnya bisa extra semangatnya. Namun apabila kemampuannya memang di bawah kemampuan lawan yang kondisinya prima, kekalahan tidak terelakkan. Fans sepakbola tidak memiliki keterlibatan aktif dalam menentukan hasil akhir pertandingan. Seorang wasit bahkan lebih “aktif” daripada fans sepakbola dalam hal ini (terutama wasit di liga yang diatur hasilnya), walaupun ia cukup meniup peluitnya tanpa harus berteriak.

Fans sepakbola tentu ingin klubnya mencapai hasil maksimal, yaitu juara. Namun ekspektasi fans juga berbeda-beda. Fans Blackburn yang pernah juara EPL misalnya, sekarang hanya akan berharap klubnya bisa sesegera mungkin promosi ke EPL. Fans Wigan akan berharap klubnya tidak terdegradasi tahun depan. Fans Liverpool yang mendominasi Liga Inggris tahun 80-an sekarang hanya berharap klubnya bisa masuk 4 besar. Fans City tentu berharap akan tetap jadi juara setelah 44 tahun lebih tidak pernah juara.

Ekspektasi yang berbeda-beda ini terjadi karena fans sepakbola yang waras bisa menyatukan keinginan dengan realita. Dan untuk fans sepakbola yang waras ini, mereka akan terus mendukung timnya, walaupun tidak menjadi juara. Fans sepakbola yang waras memahami bahwa bisa tidaknya timnya menjadi juara tergantung pada kualitas dan kinerja manajer dan pemain sepakbola dan dibandingkan dengan tim lawan. Fans hanya bisa mendukung secara finansial (beli merchandise, tiket pertandingan) dan secara moral (teriakan di lapangan, doa buat yang nonton di tv). Fans juga bisa menuntut untuk mengganti pelatih yang tidak berhasil, atau menjual pemain yang jelek atau membeli pemain yang bagus. Walaupun keputusan final tetap ada di tangan manajemen klub.

Fans sepakbola yang waras ekspektasinya tidak melulu soal trofi juara, mereka melihat kondisi tim dari tahun ke tahun. Fans sepakbola yang waras ini bukan Glory Hunter. Maka jangan heran masih ada yang menjadi fans Liverpool walaupun sudah 20 tahun lebih tidak pernah juara liga Inggris misalnya.

Lalu fans seperti apa yang kita sebut Glory Hunter itu?

Karena fans sepakbola tidak punya keterlibatan aktif dalam menentukan hasil pertandingan, maka menjadi lucu sebenarnya kalau fans sepakbola punya ambisi menjadi juara sebagaimana pemain sepakbola, pelatih, ataupun klub bola itu sendiri. Yang menjadi juara dan mendapatkan medali adalah pemain sepakbola dan pelatihnya. Klub bola menyimpan trofi juaranya dan fans sepakbola hanya bisa ikut merasakan kebanggaan tersebut. Glory bagi fans bersifat imajiner, adalah ekstensi dari khayalan relasi fans-klub sepakbola. Glory itu bisa untuk fans karena mereka bisa ikut menikmati, tapi bukan dari fans karena bukan mereka yang berjuang untuk mendapatkannya. Fans memang dibutuhkan agar klub sepakbola tetap bisa berjalan, namun glory yang didapatkan klub sepakbola bukanlah hasil perjuangan fans sepakbola. Di sini menariknya.

Nah karena fans sepakbola tidak bisa mengupayakan glory tapi bisa menikmati glory, maka glory hunter adalah fans sepakbola yang berupaya untuk terus dapat menikmati glory setiap musimnya. Bagaimana caranya? Tidak lain adalah dengan cara berpindah klub yang didukung setiap musimnya. Dukung klub yang pada musim ini kira-kira kans juaranya paling besar dan bisa memberikan glory untuk fans. Jadi fans glory hunter ini bisa berganti klub setiap musim. Konyol bukan? Namun fans seperti ini benar-benar ada. Musim kemarin dukung United, musim ini dukung City karena Man City disinyalir lebih berpeluang juara. Dulu dukung Barca, sekarang dukung Madrid. Fans seperti inilah yang disebut glory hunter.

Salah Arah Glory Hunter sering dialami fans Manchester United. Mungkin karena dulunya mereka mendukung MU karena sering juara, dan mungkin juga karena lagu kebangsaannya berjudul “Glory Glory Man United”, fans-fans MU ini paling sensitif kalau saya sedang bicara soal glory hunter. Mereka merasa dicap sebagai glory hunter, padahal tidak perlu begitu kalau mereka adalah fans sejati MU yang tidak akan pindah ke klub lain walaupun sedang minim prestasi. Namun kelakuan sebagian fans MU yang sangat memuja trofi dan sering menyindir fans klub lain yang lebih minim trofinya mungkin secara perlahan bisa mengubah mereka menjadi glory hunter sejati. Apa yang terjadi misalnya bila MU 5 tahun tidak menjadi juara? Apakah sebagian fans mereka akan berpindah, menyebrang ke tetangga, Man City misalnya? Mungkin iya. Maka untuk yang tidak tahan mendukung tim tanpa glory, merekalah calon glory hunter sejati.

Glory hunter yang berpindah-pindah klub hanya demi menikmati kejayaan imajiner itu hidupnya pasti menyedihkan. Ia mungkin bisa berdalih ia adalah seorang pemenang dalam kehidupan. Dan berargumen pemenang hanya berasosiasi dengan pemenang. Dugaan saya ia mungkin jarang “menang” dalam kehidupan sejatinya sehingga mencari kejayaan imajiner dari mendukung sebuah klub sepakbola lewat menonton dan berteriak di depan televisi. Ia tidak dapat merasakan suka-dukanya mendukung sebuah klub sepakbola, tanpa trofi atau dengan trofi. Ia tidak dapat merasakan ikatan emosional fans dan klub bola yang terkadang bisa lebih kuat daripada pasangan suami-istri. Ia tidak dapat merasakan cinta terhadap klub bolanya, karena cinta tidak selalu soal kemenangan. Justru di saat-saat tersulitlah cinta itu tumbuh dan diuji.

Nah setelah penjelasan panjang lebar di atas, silakan Anda simpulkan sendiri. Apakah Anda seorang Glory Hunter?

65 responses to “Glory Hunter Salah Arah”

  1. walau 7 tahun udah berlalu tetep makin cinta arsenal.. cuma doa gw jangan sampe kayak liverpudian aja sampe nunggu 20thn.. 😛

    1. Hehe Liverpudlian memang setia patut diacungin jempol. Sayangnya klubnya di bawah manajemen yang salah melulu.

      1. wah,, ane baru baca nie artiket ketinggalan ya hee…intinya hampir semua gooners awalnya hampir sama.thn 95 pas msk kuliah di bdg, ane cinta banget sama tim kincir angin ajax amsterdam, klo gk slh pemainnya frank/ronald de boer, edgar david, aron winter, kluivert, dll. ntah mengapa thn 96 tempat kost2an ane tinggal hampir semua pendukung tim inggris MU, ane bikin sensasi cari tim yg ada pemain belandanya wktu itu ternyata arsenal ada bergkamp awalnya seneng bergkamp tp thn2 kemudian ada lg overmars bikin ane seneng dukung arsenal dan ane satu2nya gooners di tempat kost2an sy dulu.sampe skrg ane tetap cinta arsenal & selamanya bakal arsenal untuk urusan bola. koleksi2 ttg arsenal ane kumpulin bahkan tiap jalan2 didalam maupun luar negri ane liat logo bahkan kaos yg ada tulisan arsenal gunners pasti ane beli, gk terasa kaos2 jaket2 arsenal yg ane punya udah 1lemari penuh, dgn kenagan2 tentunya, saking cintanya kpd arsenal ane punya anak wktu 2012 ia msih umur 9th ane masukin tuh anak ke SSI Arsenal Di bdg, walopun perjalanan buat latihan jauh karena ane posisi di cianjur, biaya lumayan mahal, tp untuk kecintaan ane ke arsenal ane gk peduli tp alhmdulillh anak ane jg sama dia jd cinta arsenal. buat gooners arsenal juara atau tidak tetaplah dukung tim favoritmu tanamkan slalu filosofi arsenal di hati “Victory Comes From Harmony” slogan VCC/COYG. untk yg baca ini sori banget tulisan ane ahirnya jd curhatan..hehee… tp ane seneng rupanya gooners sejati di indonesia jg banyak, moga Arsenal 13/14 juli 2013 jd ke indonesia, mari kita datang semua lepas kangen live lgsg lihat tim kesyangan kita, kpn lgi..Salam Harmony #VCC

  2. Tulisan yg bagus. :twothumbsup:

    …dan yg pasti saya bukanlah seorang glory hunter. Walau tanpa gelar, tp saya tetep bangga jd seorang gooner sejak 1998.

    Ijin share yaa.
    Ntar link web address ini saya cantumin.
    Thanks.

    VCC

    1. Saya juga Gooner sejak 1998, semenjak gol Bergkamp ke Argentina itu. Semenjak itu tidak bisa berpaling hati lagi.

      1. gol yang indah ke gawang argentina..

      2. agus anwar (gooners) Avatar
        agus anwar (gooners)

        sama han, itu jg yg ane rasain, dapat bola lambung ditepis dikit lalu ditendang, tendangannya terarah walopun gk kenceng,, itu kenangan yg indah bergkamp, imbasnya ane tambah cinta arsenal tuh..

  3. Nice post! 😀
    Awal tahun 2000, dukung arsenal bukan karena juara atau dpt trophy.
    Dukung arsenal karena org2 sekitar saya mendukung MU. Alasan yang aneh kan? Saya pikir apa tidak ada klub lain yang bagus di liga inggris. Mengapa cuma MU saja yang sering juara dan orang2 bicarakan. Saat itu persaingan arsenal dan MU lagi panas2nya. Pada dasarnya saya memang tdk suka mengikuti arus. Mulailah saya menonton pertanding2an arsenal dan akhirnya jatuh cinta dgn King Henry. King henry yang membuat saya makin cinta arsenal. Kemudian mulai memperhatikan pemain2 lain. Bergkamp, pires dan ljunberg adalah pemain2 idola saya stlh king henry. Sampai sekarang dan pasti seterusnya, akan tetap mendukung arsenal dgn permainan indahnya. Mdh2an apabila wenger, suatu saat pensiun, arsenal tetap memperthankan “the arsenal way” nya 🙂

    1. Wengerball sekarang dipraktekkan dari tim utama sampai tim akademi U-18 dan di bawahnya. Tim utama main 4-3-3, tim akademi juga akan main 4-3-3. Wenger mencoba mengubah Arsenal sebagaimana Cruyff mengubah Barca. Jadi tenang saja, Arsenal tetap akan punya ciri khas itu. Operan-operan pendek yang berani dari sepakbola menyerang akan selalu dimainkan pemain Arsenal.

  4. muter2 tulisanya pusing saya bacanya… mungkin saya yang bodoh kali ya tapi terlalu barnyak perulangan di sana yg bikin informasi yang sama jadi berulang.

    udah baca bukunya Horby mas? atau ada juga bagian dalam buku soccernomics yang bahas masalah ini?

    btw kalo mo cari untung ya dukung cevron aja yg pasti untung

    -slemania

    1. Nick Hornby kali maksudnya? Fever Pitch itu buku wajib untuk Gooners. Masak baca tulisan di atas aja bisa pusing bro? Padahal itu bukan artikel engineering lho hehe…

      1. kbetulan bgt nih bro,,kbetulan ane jg lagi nyari2 filmnya Fever Pitch yg thn 1997, ane udah hampir sminggu nyari2 ga dapet2 jg :(, masih ada yg punya gak? tolong ya bro kalo ada yg punya,thanks, but nice post gan,ditunggu postingan berikutnya,, jgn lupa ntr malem wigan vs arsenal di global TV 😀 salam gooners #VCC #COYG

  5. fans kacangan ngeles……hahaha

    1. Glory Hunter nih ye? 😀

  6. Setuju dengan artikelnya.
    Tapi baik glory-hunter or bukan glory-hunter,
    biasanya berawal dari menyaksikan masa kejayaan sebuah team.
    Unless ada pengaruh kedaerahan,
    seperti teman saya yang ngefans sama
    Bournemouth FC karena pernah kuliah di sana.

  7. julyandseptember Avatar
    julyandseptember

    Good post Om Ben…

    Jadi mau share tulisan saya sebagai Milanisti, Glory Hunter ga ya?? 😀 –> http://dewajakiasta.wordpress.com/2012/08/09/ac-milan-regenerasi-atau-degenerasi/

  8. Nice post!

    Saya malah baru bener-bener jadi fans Arsenal beneran pas tahun 2006 (tepat setelah terakhir menang FA), dan musim itu langkah Arsenal di CL lagi bagus banget, eh taunya kalah di final sama Barcelona. Somehow, abis peluit ditiup langsung matiin TV, nangis dikamar =))

    Tapi tetap sabar hingga musim ini, apalagi pre-season yang cukup menjanjikan. Setelah masa-masa suram terutama musim lalu (sempet ke peringkat 17 tapi bisa bangkit ke peringkat 3), saya yakin musim depan Arsenal bisa meroket!

  9. Nice post.. Ada yg kurang dr tulisan ini menurut saya. Glory hunter lebih besar di mulut drpd di hati. Dan Glory hunter kyk bajaj. Ngeles aja kerjaannya..

    Saya jd gooners sejak pertama kali bisa menikmati bola. Sekitar eranya Bergkamp, overmars, henry, anelka sampai sekarang. Anggap saja ujian kesetiaan, setelah lulus ujian gooners ini kita akan ada di level yg lbh tinggi.

    #vcc

  10. Nikmatilah setiap pertandingan Arsenal… Maka akan kita dapatkan kenikmatan yg tiada tara… Ikutlah berpesta ketika Arsenal menang… Ikutlah berduka ketika Arsenal kalah… Itulah arti dari pendukung Arsenal… Mendukung setiap langkah Arsenal apapun itu… Kenikmatan yg akan didapat ketika kita bisa bersatu hati dengan jiwa dan ruh Arsenal… Ingatlah bahwa sepakbola mengajarkan sportivitas… Kalah dan menang bukan tujuan utama… sepakbola adalah sebuah tontonan atau hiburan yg paling kompleks dan megah yg melibatkan jutaan orang… So nikmatilah setiap pertandingan Arsenal dengan hati dan jiwa…IMV.

  11. nice artikel. walaupun gua ga cuman nge-idolain arsenal, tapi lebih dari 1 klub, kesukaan gua ke klub itu yaa ga pindah2. suka Arsenal, Barcelona dan tim gurem macem Parma gara2 maen fifa dulu di akhir tahun 99 sama 2000-an awal, lupa malahan kenapa suka 3 klub itu, eh sampe sekarang 😀

    dan akhirnya, gua ga cuman bisa jadi supporter layar kaca karena ga bs nonton langsung ke London, Catalunya atau Parma. di 2001 mulai suka Persija dan sampe sekarang dukung Persija real di Stadion baik kandang ataupun ‘awaydays’ alias tandang 😀

    Keren Artikelny! 😀

  12. Mereka yg suka menghina karena arsenal 7tahun trophyless memang yang dipikirkan dalam sepakbola hanya trophy nya. Mereka gak melihat walaupun 7tahun tanpa gelar, tapi arsenal punya banyak prestasi, selain financial yg sangat baik, Arsene Wenger bahkan jadi pelatih terbaik (2011 cmiw) mengalahkan pelatih2 terkenal yang sering dapat trophy lainnya, atau tidak putus2nya arsenal bertahun2 berpartisipasi dalam UCL, gak banyak klub yg bisa lbh 10 tahun main di ucl gak putus2, kayak arsenal, salah satu klub dengan cara bermain di lapangan yg sangat cantik. ya mungkin karena banyak yg berpikir bahwa pencapaian dari fans2 itu adalah “trophy”. Jadi mereka hanya bisa membicarakan soal trophy :D, sedangkan kita “dijamin” permainan cantik setiap match nya. Karena buat kita nantinya trophy hanyalah bonus dari kesetiaan menyupport Arsenal 😀

  13. Wkwkw, artikel lucu, fans tidak bisa mempengaruhi hasil pertandingan? Yah orang ga pernah main bola ya gini ga ngerti rasanya main di kandang dan tandang lawan. Lu ga pernah rasain intimidasi, cacian, dukungan fans.

    Nonton di tipi doang sih ye…

    Fans tidak berhak meminta glory? Lucu banget, sebuah trophy dipersembahkan untuk siapa? Klub? Pemain?

    Sebuah gelar itu dipersembahkan untuk fans, terutama fans lokal, sebuah kebanggan tersendiri kalau klub di kotanya juara. Siapa yg lebih bangga kalau persija juara? Pemainnya? The jack yg berpesta dan bangga. Basi lah kalau anda bilang fans tidak boleh menuntut lebih dalam prestasi. Inti dari sepak bola adalah fans. Sebuah klub tanpa fans ga bakal bisa berdiri…

    Artikel anda tidak objektif…

    1. Saya ulangi: “Fans sepakbola tidak memiliki keterlibatan aktif dalam menentukan hasil akhir pertandingan.”
      Fans bisa mempengaruhi wasit, walaupun wasit belum tentu terpengaruhi.
      Fans bisa memberikan semangat, fans bisa mengintimidasi, namun klub yang lebih kuat umumnya akan keluar sebagai pemenang.

      Fans umumnya ingin berpikir merekalah yang mengupayakan kemenangan, bahwa inti dari sepakbola adalah fans (seperti opinimu) namun kenyataannya fans tidak menentukan pemain mana yang bermain, pemain mana yang harus dibeli, dan pelatih mana yang direkrut klub.

      Fans overrated dirinya sendiri dalam hal ini. Klub butuh fans untuk hidup itu benar, dan klub perlu memberikan prestasi agar dukungan fans tetap ada. Namun prestasi ini relatif, tergantung ekspektasi sebagaimana yang saya tulis di atas. Tidak melulu soal trofi.

      1. mas Benhan percuma anda nerangin ke orang yg kaya gitu , mana bisa ngerti dia hahah

    2. @The Jack
      salah satu ciri2 fans ga smart… ehhehehe…

      1. panteslah coomennya begitu. maklum the jak ckckck

  14. great mindset and point of view. saya kira hanya saya sendiri yang menjadi fans sebuah klub sepakbola tanpa trofi di tanah inggris sana.. klub idaman saya sejak kecil : Sheffield Wednesday, hingga saat ini. mudah-mudahan tahun depan mereka bisa masuk BPL. Again it’s not about trophies. it’s about pride.

    1. Wow ada penggemar Sheffield Wednesday di sini.
      Selamat datang dan semoga klub tercinta bisa masuk Premier League musim depan ya.
      Banyak jalan yang menuntun kita mendukung sebuah klub, hal ini yang tidak disadari glory hunters. 🙂

    2. wah…ada sesama fans tim yang jarang ada pendukungnya di Indonesia neh. kebetulan gw sendiri fans Eintracht Frankfurt, tim bundesliga yang sudah lama jauh dari “glory” dan beberapa musim hanya rajin promosi dan degradasi melulu. tapi sampe saat ini tetap setia mendukung. sangat setuju sekali, seringkali ini tidak hanya mengenai memenangkan sebuah (atau banyak) tropi. tapi mengenai sebuah kebanggaan. dan kesetiaan.

    1. Umm, are you really just giving this info out for nohtgni?

    2. Nov06bunmi akande Hi dami,hw are u?op grt,av heard much abt u,watched u on tv station,debaters,I was blessed by the message u gave at my church someyrs back,u are a grt leader of our generation,continue doing the good works the lord sent u,God bless u dearie.wish to join d acedemy

  15. Wulan Kusuma Wardhani Avatar
    Wulan Kusuma Wardhani

    Another nice thoughts from you, mas Benhan. Salam juga dari Gooners (yang juga Milanisti dan Madridista)

    1. Hi Wulan ketemu juga di sini. Salam kembali! 🙂

  16. Wah Ternyata kita punya kesamaan ketika pertama cinta Bergkamp lalu kemudian Arsenal.

    Salam hangat

  17. Nice post… kalau saya malah agak rada nyleneh,, pertama lihat liga inggris,, suka sama Blacburn Rovers cuma karena warna dan corak kaosnya dan pas kebetulan Blackburn Juara EPL,,tapi waktu lihat arsenal kelihatan beda banget,, apalagi pas ada Berkamp,, di sini mulailah timbul cinta saya Ke Arsenal.. hehehe… salam gooners..

  18. scumbag fan boy. talking about fans and supporter.. never been in a stadium :))

    1. Ga punya argumentasi ya jadi milih ad hominem? Hehe…

  19. Salut sama gooners yg satu ini!!
    Gue juga gooners yg gak pernah berenti dukung arsenal meskipun udah bertahun-tahun tanpa gelar
    Awal mula suka Arsenal emang dari Bergkamp pas world cup 1998, padahal waktu itu gue masih sd hihi, udah gitu bokap gue juga suka beliin gue pernak-pernik Arsenal dari dulu, padahal bokap gue sendiri gak jelas sukanya tim apa haha
    Mungkin itu yg namanya takdir buat gue dukung Arsenal

    Emang berat ngedukung Arsenal, tapi lebih berat untuk tidak mendukung Arsenal !!

    Victoria Concordia Crescit #ARSENAL

  20. santai lah bos, perlu diperhatiin gue ini Fans MU, sabar abis dan sadar abis dulu MU tanpa gelar hampir 30 tahun, jadi 7 tahun tanpa gelar jangan jadi sentimen buat kalian ampe (maaf) bikin artikel kaya gini, sungguh ga perlu, cukup cintai tanpa harus mencari sesuatu yg malah bikin orang lain mikir (alah,, alasan.. juara mah ga juara aja) *jujur itu loh yg saya pikirin yaah maaf. Arsenal itu klub bola, dan katanya “tim kaya” kita gabisa terus”n berorientasi laba dan bla bla, kadang kala ada perlunya loh jor joran biar juara, biar investor berdatangan, semakin jaya semakin banyak duit, mari tengok si Barcelona dan si Madrid. Jangan jadi macam Lembaga Konsultasi Financial. Gue yakin kedatangan santi Carzola dan Podolski bisa lebih dari cukup buat gantiin Song dan RVP tapi please, belajarlah jaga pemain kalian, jangan asal untung, bukan pembenaran menjual pemain yang siapa tau bisa ngebantu kita dan menjadi legenda hanya untuk mencari keamanan Financial. Come On Gunners, tetep enjoy walau diledek, #7TahunTanpaGelar #TimPembibitan kalian harus kuat dengan ejekan kaya gini. hehehe ini unek” abis baca sedikit(secara skip) dari artikel lo, maaf kl ad yg kelewat. jangan jual Diaby itu pesen gue *setelah liat match lawan Liverpool. Sip semoga musim ini kalian bisa kembali jaya walau gue lebih suka MU yang juara :p #Respect !

    1. Barca dan Madrid memang klub kaya yang banyak banget utangnya. Hampir setengah milyar Euro masing-masing. Kok masih bisa survive? Karena mereka Government Club, diback-up sama pemerintah karena alasan politis.
      Tentu masih ingat Madrid yang “terpaksa” menjual tempat latihannya beberapa tahun lalu untuk lunasin utang. Madrid dan Barca tertolong dengan uang sponsor siaran langsung yang tidak merata di BBVA. Tapi dengan krisis ekonomi di Spanyol, dan kualitas liga yang makin tidak menarik (liga 2 klub), pasti mereka akan kena dampaknya juga.

      Diaby sudah diikat kontrak jangka panjang, dan mudah-mudahan bisa perform karena ekspektasi Arsenal yang tinggi terhadapnya.

      Van Persie pindah ke MU dengan misi membuat MU jadi one man team. Setelah MU bermain dengan dia sebagai pusatnya, saat itulah misi rahasia diluncurkan. Tunggu tanggal mainnya aja. :p
      “Aku berayun-ayun tapi tetap seimbang.”

  21. Awesome 😀 😀 😀
    Saya tak tau, saya suka wenger atau arsenal.Yg jelas saya dukung arsenal sejak 2006, dan tetep setia sampai sekarang.

    😀

  22. yang masih menjadi PR bagi saya adalah bagaimana menjelaskan “cinta” yang seperti ini kepada istri saya tanpa menyakiti hatinya.. 😦

    1. haha itu mudah. Ajaklah dia untuk mendukung Arsenal, nanti pasti ikut jatuh cinta. Seperti yang saya lakukan pada istri saya. 😀

      Setelah itu semua jadi lebih mudah, malah asyik bisa nobar ajak istri jadi waktu nonton Arsenalnya tetap dijatah… 🙂

      1. yah.. saya hanya bisa berharap suatu saat nanti “cinta” ini bisa menjatuhinya.

  23. KK cuma mau kritik blognya neeeh 😀 , lebih baik tampilan artikelnya dibuat arsip2 gitu jadi ga kepanjangan pas buka homenya cz artikelnya muncul semua di home jadi berat deh buka blog kk , kalo dibikin ringkas kan (cth 5 post baru/most read) jadi buka blog ente jadi enteng, ntar tinggal kitanya yang pilih sendiri artikel yang mau dibaca.. sayang lhooo padahal artikel ente bagus2 :D.. kalo buat artikel ini 4 JEMPOL DEH !! RATE 10 bintang !! 😀
    salam GOONER JOGJA !!! VCC !!

  24. Saya pertama kali nonton pertandingan sepak bola luar negeri itu final liga champions 98/99 Manchester United vs Bayern Muenchen. Pada awalnya saya supporter Liverpool dan Arsenal karena om saya pertama kali mengenalkan saya ke dunia sepak bola pada dua klub itu sampai om saya meninggal dunia pada tahun 2002. Setelah om saya tidak ada dan tidak ada lagi yang menuntun akhirnya saya berusaha memilih diantara dua klub itu. Alhasil saya memilih Arsenal yang memiliki gaya bermain yang lebih atraktif dan pada saat musim 2003/2004 juara liga inggris dan saya sangat suka melihat gaya bermain Thierry Henry a.k.a King Henry sampai sekarang tetap cinta Arsenal meskipun King Henry sudah bermain di negeri paman sam. Entah kenapa tapi rasa cinta terhadap Arsenal justru semakin tumbuh setiap kali mendapat serangan dari supporter klub lain dan saat Arsenal kalah dalam pertandingan.

    Victoria Concordia Crescit

  25. nice artikel om 😀
    ane supporter liverpool walaupun saat ini liverpool sedang krisis tapi kl udah cinta sama satu klub emang susah untuk berpaling.
    “If you can’t support us when we draw or lose, don’t support us when we win – Bill Shankly”
    YNWA 😀

  26. Nic article bro benhan, cukup dalam dan IMHO ane tau ente fans sejati the gooner, jadi wajar kalo di artikel ini ente mengambil sisi plus dari Arsenal, but don’t worry i’m here as a truly fans and just wanna share a lil perception, not to debated about other opinion and your nice article 🙂

    Fans loyal / die hard fans terkadang terbentuk ketika kita transisi dari SMP kelas 3 sampai SMA, karena disitu logika sudah sedikit terlihat dari pada sekedar “suka” pada tim idola tersebut ( versi ane ya )

    Sampai saat ini saya masih die hard fans as Barca, tapi…
    pada saat kita kecil, kita mempunyai jiwa ego dimana kita pasti menyukai tim yang selalu menang terus menerus dan mencetak banyak gol. Bohong anak kelahiran tahun 84-86 tidak menyukai Brazil pada era 94 , AC Milan & United ( mayoritas, dari yang saya pernah temui ya bro ), dan pada saat beranjak SMA, masih ada yang tetap menyukai United & tambah Real Madrid karena pada era 1990-2000 an Madrid berjaya besar di UCL.

    Saya pun pada awalnya menyukai Barca ketika pada umur 7 tahun, terbangun pengen pipis tau-tau ada tim dengan seragam biru merah yang pada saat itu saya pikir cukup unik dan eye catching bagi bocah seumuran saya, dan baru tau ternyata klub itu Barca, dengan koeman, romario & stoichkov nya. Jadi ketika fallin in love with barca and then ajax ! karena lagi-lagi seragamnya & tim muda Belanda yang fantastis ! bahkan sempat menyukai MU pada era itu.

    Sampai saat ini saya tidak mempermasalahkan status labil saya ketika masa kecil, karena biarlah kita menjadi anak kecil yang mempunya daya imajinasi dan pemain idola yang berbeda-beda.

    Jadi kesimpulannya, die hard fans terbentuk karena keinginan kuat si fans untuk memilih apakah akan hidup kuat dicerca / dicela dengan fans lain apabila timnya kalah, atau sekedar jadi kutu loncat. Tidak bisa dipungkiri pada era saya kecil, saya gamang, antara 3 klub tersebut, barca, Ajax & MU.

    Tapi sebagai fans yang mengharapkan tropi, itu wajar pada saat itu. Barulah ketika aktif sebagai pemain bola, saya tahu bahwa sepak bola bukan sekedar tropi. Bagi saya sepakbola adalah pola pikir hidup, filosofi & keindahan permainan.

    Kebanyakan fans Arsenal mempunyai justifikasi seperti artikel bro benhan, itu ga masalah bagi saya. KARENA setiap fans yang mencintai klubnya mempunyai ALASAN & VISI yang berbeda dari sekedar tropi. Apakah saya sebagai fans barca ketika kemarin kalah copa del rey di leg 2 saya bete ? TIDAK ! karena secara statistik dan pola permainan kami unggul ! dan saya bangga.

    Jadi, mari kita pisahkan, fans abal-abal yang hanya berbicara mengenai skor & tropi. mari kita bicara proses, filosofi, permainan baru hasil akhir !

    Untuk apa mempunyai tropi banyak tapi bermain layaknya juara UCL tahun kemarin ? ( no offense, are u guys spend much money, juz have to be a pragmatism role model team ?, come on, be objective.. )

    Seperti Ronald Koeman pernah bilang ” Setiap tim ada masanya , dan setiap masa ada timnya”, die hard fans pasti selalu loyal walaupun dicerca, tapi mereka mempunyai pandangan yang saya sukai bahwa sepak bola bukan sekedar tropi !

    Klo kata orang dulu, “Dalam hidup ga semuanya lo dapet !”
    cheers & respect !

    ps: btw sodara ente di IndoBarca juga ya bro. kemarin sempet ngobrol pas latihan 🙂

  27. Always been a Gooner since 97/98 Bergkamp and co. led the team to the trophy.
    Masih kelas 3 SD dan gak dikasih lama liat Winterburn padahal lumayan amusing ngeliat back four sesolid Nigel, Lee, Tony dan Martin.
    I was only 8-9 years old back then, and how trophy lifting always amazed me. Starting earlier, dimulai dari Persib which is my hometown glory, Juventus undoubtedly conquering Italy post-95’s. Never changed a bit since then.
    I was a glory hunter in the business of selecting my favorite team.
    So, it is very natural to start favoring a team when they lift the trophy as the champion of the season or competition.

    1. Selama tidak berpindah dukungan ke klub lainnya karena Arsenal minim trofi, maka belum bisa disebut glory hunter. 🙂

  28. COYG itu apa sih…?

  29. jrx: COYG itu COme On You Gunners

    saya sendiri jadi seorang gooner sejak baru klas 3 SMA klo gak salah, tepatnya 1 tahun lebih yg lalu, apakah Arsenal dapat trofi saat itu? tidak bukan? saya mndukung Arsenal, karena saya merasa ada ssuatu yg berbeda dari Arsenal. 🙂

  30. Very educative post

  31. hmm~pantesan kemaren waktu MU vs New Castle, fans MU dibilang Glory Hunter, ternyata ini artinya.. jujur gw sih tersinggung, awalnya yg gw g tau aja dah brasa nyindir, eh trnyata emang nyindir ~.~..

    gw dah dari 2003 suka ma MU, kala itu gw masih SMP dan gw blom tau apa2 soal bola… cuma tau bola dari anime Captain Tsubasa. saat itu juga awal mula gw mengenal yang namanya Liga-Liga Eropa yang wah itu.. waktu awal gw ngefans sm MU gw sm skali kagak tau MU itu klub besar EPL, MU disegani, dll.. sama sekali gak tau! cuma tau MU dari Liga Inggris.. saat itu hati gw milih MU, auranya menclok dihati gw! rasa suka itu murni dr hati gw! padahal saat itu jg gw liat smua liga yg kbtln ada ditipi, tapi tetep MU lah pilihan gw^^.. jadi pepatah yang bilang tak kenal maka tak sayang gak berlaku buat gw ke MU, cos ya itu gw suka MU dari gw gak tau apa2 tentang MU, sampai pada akhirnya gw suka dan barulah gw cari tau all about MU itu. rasa itu gak berubah dari saat itu sampe sekarang (dah 10 taunan)^^..

    so.. soal glory entu.. yg sk pindah2 tim dukungan mangnya fans MU ya?tim lain gmn? wong banyak jg yg br sk gr2 timnya juara kemaren.. jd jgn MU j yg kena ~.~.. tolong saling menghargai! gw respect bgt sm tim lain kok… jujur slama 10 taun suka MU, baru sekarang gw tau ada yg namanya “MU haters”.. slama ini gw sportip mandang semua tim dan gw pertahankan itu smpai kapan pun!..^^..

    1. Ane juga fans Man Utd.
      Mungkin istilah Glory Hunter diambil juga dari chant MU, Glory2 Man Utd. Kyknya mereka benci dg Fans MU yg suka ngejek. Yah mau bgmana lagi,,,
      Glory glory man utd.
      ^^ teriak chants kyk gitu aja konotasinya dah negatif.

      Semoga yang ciptain teori “glory hunter” bukan karena syirik ya…

  32. salah satu alasan ane ngfans arsenal dari 1999 sampe skrng karna dulu ada dennis bergkamp 😀

  33. i am not glory hunter, Arsenal till i die :))

  34. Lynne: I’m sure the South Carolina twin sisters’ war-profiteering operation is a lone exception (NOT!) 🙂 I want to sell some bolts and washers, too!And thanks for the Real News link! I’m adding that one to the siu2oar&#8e30;hbpefdlly this sort of unbiased journalism will keep eroding the main stream money-making news industry, and hopefully the free Internet is too far out of the bag for Corporations and the government to shove back in.

Leave a reply to green eagle Cancel reply