Jalan Arsenal, Blog Baru dari Gooner untuk Gooners Indonesia


Jumat, 25 Oktober 2013 adalah hari launchingnya blog Jalan Arsenal, sebuah blog baru dari @benhan untuk fans Arsenal seluruh Indonesia.

Screenshot Blog Jalan Arsenal
Screenshot Blog Jalan Arsenal

Mungkin pembaca reguler blog ini akan bertanya: Mengapa perlu blog baru? Lalu bagaimana nasib blog ini?

Pemikiran untuk membuat sebuah blog yang khusus berisikan tulisan soal Arsenal sudah lama di kepala ini. Bahkan awalnya blog benhan8.wordpress.com ini sempat mengalami krisis jati diri di persimpangan. Apakah akan terus menulis soal Arsenal atau mencampurnya dengan isu lain? Nah sampai satu titik di beberapa minggu terakhir ini, saya memutuskan kalau tulisan soal Arsenal harus dipisah dari blog ini.

Yang mengikuti blog ini sejak awal mungkin tahu bahwa saya juga punya minat yang besar terhadap isu sosial politik selain isu Arsenal. Beberapa tulisan soal isu politik seperti Dana Aspirasi mendapatkan hits sampai 5000 kali, lebih banyak dari tulisan-tulisan saya soal Arsenal. Tulisan Transportasi Publik Jakarta dan Banjir Jakarta juga dibaca ribuan orang. Jumlah yang fantastis ini berkat distribusi di Twitter yang sangat efektif. Di blog ini juga saya menulis random tentang pandangan saya terhadap kasus video porno Ariel, soal kebanggaan sebagai warga keturunan pasca Mei 98, soal meditasi Vipassana sampai soal perenungan yang mendalam The Secret of Unhappiness. Hal yang sama terjadi di akun twitter @benhan. Terkadang soal Arsenal, terkadang soal kritik iseng, terkadang soal opini terhadap headline berita atau isu terhangat. Yang follow saya di twitter ada yang awalnya karena sesama fans Arsenal, ada juga yang bukan fans sepakbola sama sekali, lebih karena tertarik dengan opini saya soal isu lain. Mixed followers ini ada bagusnya namun kadang juga menjadi dilema tersendiri.

Kemelekatan saya terhadap Arsenal demikian besar sehingga Arsenal tidak hanya sekedar klub favorit yang perlu ditonton setiap akhir pekan. Arsenal sudah menjadi Jalan Hidup. Mungkin sedikit berlebihan, namun setiap hari pikiran ini selalu diisi oleh Arsenal. “Penyakit” ini tidak dibantu dengan adanya news feeder seperti NewsNow yang bisa memberikan berita Arsenal setiap jam, setiap hari. Nah dalam kondisi Arsenal intoxicated seperti ini, terkadang saya sampai harus menahan diri untuk tidak menjadi sampah di timeline followers yang bukan fans Arsenal. Beban seperti ini mau tidak mau harus dihadapi, ketika jumlah follower sudah mencapai lima puluh ribuan. Bukan karena takut kehilangan follower, tapi malas membaca mention makian atau komplain akibat twit Arsenal yang belum tentu mereka sukai. Saya sendiri terkadang suka malas membaca twit yang difollow yang kadang suka nyampah tentang hal yang agak annoying. Namun karena akun tersebut kadang masih punya twit yang menarik, ya tetap difollow. Hal yang serupa dapat saya bayangkan terjadi pada follower saya.

Nah self restriction ini dalam jangka panjang tidak baik untuk kesehatan mental. Takutnya membatu dan menjadi beban di hati. Alter ego ini butuh pelampiasan, aktualisasi diri. Bikin blog atau twitter sebaiknya bukan soal impresi tapi lebih soal ekspresi. Maka membuat blog baru Jalan Arsenal dan akun twitter @JalanArsenal adalah solusi untuk dua masalah. Pertama: bisa lebih bebas ngetwit soal Arsenal, bahkan sampai mengolok-olok klub lain (hehe ini salah satu menu utama), kedua: bisa bebas dari komplain fans yang bukan Arsenal dan kesungkanan nyampah di akun follower yang tidak suka sepakbola sama sekali. Not rocket science, isn’t it?

Lalu Bagaimana Nasib Blog Ini?

Blog ini akan terus hadir. Namun tidak lagi dengan tulisan soal Arsenal. Jalan Arsenal menjadi jawaban bagi pembaca yang masih tertarik dengan tulisan Arsenal saya. Blog ini akan menjadi blog pribadi yang berisi pemikiran-pemikiran saya terhadap berbagai hal, apa saja namun tetap dengan tema yang konsisten: yaitu mengajak berpikir.

Dengan dipisahkannya tulisan Arsenal dari blog ini, pembaca reguler yang bukan fans Arsenal akan lebih enak mengikuti blog ini. Saya juga paham bagaimana rasanya habis baca tulisan Transportasi Publik tiba-tiba diselingi dengan ulasan pertandingan Arsenal. Seperti iklan yang makan waktu panjang di siaran langsung sepakbola. Annoying ya? Hehe. Untuk browsing artikel-artikel lama pun akan menjadi lebih mudah karena artikel Arsenal perlahan akan saya cabut dan pindahkan ke Jalan Arsenal.

Kasus hukum pencemaran nama baik yang menimpa saya di twitter juga menjadi faktor utama akselerasi pemisahan blog ini. Pengalaman saya selama menghadapi kasus hukum ini, dan juga selama sehari semalam di Rutan Cipinang telah membuka wawasan saya akan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah saya ketahui. Pengalaman-pengalaman tersebut ingin sekali saya bagikan di sini. Isu kebebasan berekspresi, soal suramnya penegakan hukum di Indonesia sampai soal harapan karena masih adanya orang-orang yang tulus dan berpikiran sama, akan saya tulis di sini. Tidak rutin mungkin, tapi setiap tulisan akan lebih panjang dan mendalam. Dan rasanya akan lebih elok kalau tulisan-tulisan yang agak serius ini tidak berdampingan dengan pemujaan Dennis Bergkamp sebagai Tuhan misalnya. 🙂

Visi Jalan Arsenal

Untuk fans Arsenal, tak perlu kuatir dengan pemisahan blog ini. Bahkan saya rasa ke depannya akan lebih rutin saya menulis soal Arsenal di blog Jalan Arsenal. Blog tersebut terinspirasi dengan blog harian seperti Arseblog dan blog yang non harian tapi rutin setiap menjelang dan sesudah pertandingan seperti Goonerholic. Dua blog itu menjadi menu sarapan, makan siang dan makan rutin saya sehari-hari. Tidak hanya kualitas penulisnya yang memang bagus, tapi juga interaksi antar pembacanya. Kolom komentar bisa penuh bahkan hingga ratusan komentar dan interaksi para pembaca reguler blog tersebut menjadikan blog tidak hanya milik penulis semata, tapi milik komunitas fans Arsenal. Jalan Arsenal bercita-cita menjadi blog komunitas fans Arsenal Indonesia.

Jalan Arsenal akan ditulis dalam bahasa Indonesia sepenuhnya. Sedikit memasukkan istilah dan frase dalam Bahasa Inggris tak dapat dihindarkan karena terkadang penerjemahan malah membuat kata-katanya menjadi lebih tidak enak dibaca. Hitung-hitung belajar Bahasa Inggris sedikit-sedikit lah ya.

Keputusan mendedikasikan Jalan Arsenal dalam bahasa Indonesia karena pengamatan saya atas respon pembaca blog ini terhadap artikel berbahasa Indonesia lebih banyak daripada artikel berbahasa Inggris. Ada dua hal yang bisa jadi alasan:

1. Bahasa Inggris saya jelek

2. Tidak semua fans Arsenal Indonesia menguasai Bahasa Inggris.

Terlepas dari alasan yang mana yang benar, tetap fakta membuktikan tulisan dalam Bahasa Indonesia lebih banyak diakses dan lebih banyak mendapatkan komentar. Nah supaya kepuasan dalam membaca tulisan tidak terhalangi oleh kemampuan berbahasa, maka Jalan Arsenal menjadi blog dari fan Arsenal Indonesia untuk fans Arsenal Indonesia dalam bahasa Indonesia.

Blog ini saya tutup dengan mempersilakan pembaca untuk mencicipi Jalan Arsenal dengan membaca manifesto ini dan kisah awal saya menjadi fans Arsenal, yang belum pernah saya tulis sebelumnya. Jangan ragu untuk berbagi kisah Anda juga karena tujuan kita adalah membentuk komunitas fans Arsenal, a new Gooner Family in Cyberspace.

Victoria Concordia Crescit

One response to “Jalan Arsenal, Blog Baru dari Gooner untuk Gooners Indonesia”

  1. Dan tyt setelah Ozil datang, target juara boleh dikatakan menjadi realistis. Is this financial model last time you posted? It’s hell no!! 42M pound for a single player is not typical of Wenger, at least during the last decade. Like it or hate it, but once he broke his book, the fortune goddess start smiling at him…

Leave a reply to Kaezzar Cancel reply